Jika kau mau menangis, maka menangislah dalam gelap
Biarlah segala isak dan rasa sesakmu bungkam tanpa ada yang melihat
Jika kau lelah memanjakan air mata, maka tertawalah dalam sunyi
Biarkan tawamu terdengar oleh semua telinga di dunia
Namun janganlah kau tertawa dalam bising,
Tak akan mungkin ada seorang yang akan mendengar tawaan bahagiamu
Masalah tak mesti mengalahkanmu
Masalah tak mesti membunuhmu
Tapi mungkin masalah mesti mendewasakanmu
Alkisah ada seorang bijak yang bicara,
Jika masalahmu tak lebih besar dari tubuhmu
Jika masalahmu tak senyata lekuk-lekuk badanmu
Senyummu lebih berharga dari tangismu
Yang ku tahu pasti, masalahmu kan meninggalkan hikmah untukmu
Kawan, tangis bahagiamulah yang ku tunggu.
@dwseptianii
Menulis adalah salah satu cara menginterpretasikan cerita, saat sudah tidak ada lagi orang-orang didunia nyata yang ingin mendengarnya. Selamat membaca :)
Jumat, 20 September 2013
Kerendahan Hati
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit...
Jadilah belukar!
Tetapi, belukar yang baik yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar...
Jadilah saja rumput!
Tetapi, rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya...
Jadilah saja jalan kecil!
Tetapi, jalan setapak yang membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten!
Bukan besar kecilnya tugas, yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu
Tentu harus ada awak kapalnya!
Jadilah saja dirimu...
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
Kehidupan ini ibarat bangunan...
Yang terdiri dari batu bata, semen, pondasi, rangka besi, atap, paku dan lain sebagainya.
Semua itu diperlukan, untuk menjadikan bangunan kokoh
Maka dari itu..
Peran antara paku dan batu bata serta bahan lainnya adalah SAMA!!!
Jika peran kita menjadi paku..
Jadilah paku yang baik,
Agar (kehidupanmu) bangunannya tidak mudah runtuh..
- Taufik Ismail -
Jadilah belukar!
Tetapi, belukar yang baik yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar...
Jadilah saja rumput!
Tetapi, rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya...
Jadilah saja jalan kecil!
Tetapi, jalan setapak yang membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten!
Bukan besar kecilnya tugas, yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu
Tentu harus ada awak kapalnya!
Jadilah saja dirimu...
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
Kehidupan ini ibarat bangunan...
Yang terdiri dari batu bata, semen, pondasi, rangka besi, atap, paku dan lain sebagainya.
Semua itu diperlukan, untuk menjadikan bangunan kokoh
Maka dari itu..
Peran antara paku dan batu bata serta bahan lainnya adalah SAMA!!!
Jika peran kita menjadi paku..
Jadilah paku yang baik,
Agar (kehidupanmu) bangunannya tidak mudah runtuh..
- Taufik Ismail -
Senin, 02 September 2013
Telefon Umum
Hujan masih mengguyur lumayan deras
senja ini, ku rekatkan mantel hujanku lalu lekaslah aku berjalan tergesa-gesa
hampir berlari mengimbangi derasnya kecepatan hujan yang turun dari langit, aku
terus berjalan tanpa tahu arah menyusuri jalanan kota ini sendirian dengan
sebuah payung yang terus ku genggam erat.
Di samping toko pastry ku lihat sebuah
telefon umum, ada sekelebat keinginan untuk menghubungi seseorang yang mulai
menjalar di otakku. Ku coba mendekati sebuah telefon umun yang mulai terlihat
di seberang jalan sana. Aku berhenti sebentar, lalu ku teruskan langkahku
menyeberang jalan.
*tiiinnnnnnn*.. Suara klakson sebuah mobil mengejutkanku,
memang jalanan kota ini sedikit berkabut karna hujan yang tak kunjung reda
sejak pagi tadi. Ku dengar sopir itu terus memaki tanpa henti yang justru
membuatku tak habis fikir, “bukankah dia yang tak melihat lampu lalu lintas
sedang menyala berwarna merah?”. Tanpa memperdulikannya yang masih terus
mengoceh, aku pun segera melanjutkan langkah kakiku, namun kini lebih cepat
karna aku tak mau berurusan dengan suara klakson mobil yang lain lagi.
Kini aku sudah berdiri di hadapan
sebuah benda kaku nan dingin ini, ku lipat payungku dan ku buka matel hujan
yang aku pakai, segera aku buka pintu kacanya dan aku pun masuk kedalam. Tiba-tiba
ada sekelebat rasa ragu yang datang, “haruskah aku menelefonnya?”. Tidak, ia
tidak akan mau lagi mendapat kabar dariku. Ku pakai lagi matel hujanku,
bergegas mengambil payung lalu bergegas ingin pergi. Ah sial, aku kembali lagi
menghadap benda brengsek itu.
Aku berfikir sejenak, beberapa
menit aku terus menatap tombol-tombol yang dari tadi mungkin menatap heran ke
arahku. Entah kenapa jantungku benar-benar berdetak keras, jemariku dingin
mulai menekan momor telefonnya satu persatu. Sampai akhirnya… *tuuuttt* ku
dengar nada suara telefon tersambung. Namun, buru-buru ku akhiri.
Aku terus mengutuki diriku sendiri,
beberapa cacian ku tumpahkan, “ah, bodohnya diriku..”. aku mulai mengumpulkan
keberanianku kembali, perlahan ku coba menekan tombol redial hingga kembali
lagi terdengar nada panggilan tersambung. Tak lama kemudian, ku dengar suara
seraknya mengatakan “halo..”.
Seketika semua memori ingatanku
terus memutar ulang semua moment itu, semuanya tergambar jelas suasana saat
pertama kali kami berjumpa, saat pertama kali dia ucapkan “halo”, ya betapa
singkatnya waktu saat kau merasakan jatuh cinta, saat kencan pertama kami, saat
pertama kali dia menggenggam erat jemariku, saat pertama kali ada seseorang
yang mampu meyakinkanku bahwa cinta tak selamanya akan membuatmu jatuh, saat
itu musin gugur, udara saat dingin, angin mengeraikan rambutku dengan kencang,
dan kita terlarut dalam suasana romantis yang alam ciptakan untuk kita. Aku masih
mengingatnya dengan jelas.
Namun hal yang ku takutkan terjadi,
entahlah. Yah aku mengerti, mungkin aku memang terlalu banyak meminta, mungkin
kita kehilangan komunikasi, sungguh banyak hal ingin ku jelaskan padamu yang
aku ingin kau mengetahuinya, namun terlalu banyak penghalang yang selalu
mencegahnya. Sore ini, pukul 16.45 tadi aku berlari keluar, karena hanya ucapan
selamat tinggal yang terfikirkan olehku.
Berkali-kali dia terus berkata “halo..”,
membuatku terbangun dari lamunanku. Tidak, aku harus kembali, setidaknya ada
banyak hal yang harus ucapkan daripada hanya sebuah kata selamat tinggal. Perlahan
ku coba membuka mulut, “halo, a..ku..aku akan segera pulang…” suara serakku
menjawab dan ku tutup telfon. Aku segera berlari… pulang…
Langganan:
Postingan (Atom)