Selasa, 17 Desember 2013

Rabu, 18 Desember 2013



Sudah bertahun-tahun berlalu semenjak kepergianmu, entah ada bekas apa sampai saat ini aku masih belum bisa merelakan sepenuhnya penghapusan jejakmu di hatiku. Entah kenapa tak ada orang yang bisa menggantikan tempatmu disini (baca; hati). Mereka datang terus menerus, berganti-ganti setiap harinya meminta masuk ke hatiku, namun aku masih belum rela. Tak ada yang dapat menggantikan posisimu, tak akan ada yang pernah bisa.
Bagiku dunia seperti berhenti berputar ketika kamu pergi, melupakan semua mozaik-mozaik kenangan yang dulu pernah kita susun bersama, semua mimpi-mimpi kita yang kini seketika hancur begitu saja dengan keegoisanku sendiri. Aku tau, aku memang gadis bodoh.
Kini, seberapa kecilnya makna dari kata maaf sudah tak ada artinya lagi dimatamu, semuanya sudah begitu terlambat menurutmu. Kamu dengan kesabaranmu yang kini sudah meledak menjadi amarah, dengan teganya meninggalkan semua kenangan kita menjadi kelabu. Seperti tak berbekas makna lagi dimatamu.
Aku masih terlalu kaku sampai detik ini, aku ingin menghancurkan tembok keheningan diantara kita berdua, namun aku terlalu takut, takut sampai keheningan inilah yang perlahan terus membunuhku.
Hey, ini ruang kosong dihatiku, ku mohon masuk dan duduklah lagi sebentar, meski hanya mampir tanpa kita saling sapa…