Kemarin, hari
ini, bahkan detik ini pun aku masih terus memantau layar kosong handphone-ku,
berharap ada nada dering sms yang diikuti dengan nama kontakmu, tapi… ternyata
nihil. Sudah hampir sepekan namamu tak mampir memenuhi kontak handphone-ku. Ah, apa rasanya ini?
Kehilangan-kah? Tapi aku kan tak mempunyai hak untuk memilikimu, karena
mencintaimu mungkin belum benar-benar menjadi kewajibanku.
Ku beranikan
diri melihat bekas-bekas percakapan kita melalui pesan singkat ini, ternyata
aku masih menyimpannya; percakapan awal kita dan kau yang memulainya. Ku ingat
saat itu sekarang, aku masih mengingatnya dengan baik, saat tiba-tiba engkau
bertanya apa ini benar nomor handphone-ku,
dan ku jawab iya, lalu kau mulai menyeretku ke perbincangan yang lebih mendalam
dengan untaian khas leluconmu yang sanggup membuatku terombang-ambing dilautan
harapan yang kau cipta.
Entah aku yang
terlalu mengartikan lebih, atau memang kau yang “memaksa”-ku untuk mengartikan
lebih, atau aku sudah terlalu lupa untuk merasakan apa itu jatuh cinta? Hingga
akhirnya aku dengan begitu gampangnya menerima kehadiran sosokmu, dan diam-diam
mulai mencintaimu? Entahlah. Namun yang ku tahu, aku masih mengingat semuanya
dengan baik.
Saat ini, aku
begitu haus akan kehadiran dalam pesan singkat di handphone-ku, aku begitu merindukanmu dan mencemaskan apa kabarmu
hari ini, Sayang. Sedang apa? Dan dimana? Seperti begitu ingin meledak
pertanyaan itu ingin ku tanyakan padamu.
Selama sepekan
ini, aku pun mencoba memaksakan diriku untuk selalu berfikir positif tentang “kepergianmendadak”-mu.
Hingga tepatnya hari ini ternyata aku mengetahui satu hal, satu hal yang
menyebabkan runtuhnya seribu harapanku kepada sosokmu. Betapa pahitnya kalau ternyata
aku hanya menjadi tempat singgah? Yah, aku hanya menjadi tempat singgah bagimu,
karena kau masih mencintai dia, mantan kekasihmu. Dan kau hanya mampir
dihidupku hanya untuk sekedar “mampir” dan menunggu mantan kekasihmu itu
kembali padamu, hingga dengan mudahnya kau campakkan aku (lagi), begitu saja.
Lalu harus ku apakan semua perhatianmu yang singkat ini? Dan harus ku apakan
sosokmu yang selama sepekan ini ada disini? Dihatiku?
Aku tau hanya
sepekan kau mencoba merasuki semua detail-detail kosong dihatiku, namun ku rasa
ini yang paling sakit. Karena mungkin ini sudah kesekian kalinya ada sosok
pemberi harapan yang mencoba datang dan pergi dalam hidupku, mencoba
mengajariku dan membangun harapanku kembali akan manisnya cinta, namun kau tak
ubahnya sama dengan mereka, kau yang memulai tanpa mempunyai nyali untuk
melanjutkannya, dan pada akhirnya kau lah yang menghancurkannya.
Tenanglah,
Sayang. Aku mencoba tak menaruh dendam padamu, mungkin kau bukan orang yang
tepat yang dikirimkan Tuhan untukku.
Tenanglah,
Sayang. Semaksimal mungkin aku akan mencoba melepas kembali semua asa yang
telah kita rajut bersama dalam waktu yang sepekan ini.
Tenanglah,
Sayang. Aku akan selalu mendoakan segala kebaikan menyertaimu, dan mantan
kekasihmu.
Karena aku,
masih mengingat semuanya dengan baik.
18-06-2013. 21.33.
@dwseptianii